Oleh
: Putri Rahmasanti, S.Tr.T
(Pemerhati Pendidikan)
Mediaoposisi.com-Bulan juli ini
masyarakat kembali disuguhkan dengan Film yang mengundang pro dan kontra yaitu
Film “Dua Garis Biru”. Dari trailer film
ini, dapat dilihat bagaimana pergaulan
bebas yang kebablasan dilakukan dan dialami oleh anak remaja laki-laki dan
perempuan zaman ini. Sebagai seorang yang praktisi pendidikan saya menyayangkan
tayangnya film ini.
Walaupun Dwi
Listyawardani sebagai Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
BKKBN mengatakan bahwa film tersebut bisa menjadi edukasi kesehatan reproduksi
kepada remaja yang menontonnya. (antaranews.com)
Namun yakinkah anda film ini akan menjadi media untuk pembelajaran
remaja hari ini? Atau jusru sebaliknya akan menjadi hantu yang membuat remaja
hari ini penasaran.
Sedangkan Gerakan Profesionalisme Mahasiswa
Keguruan Indonesia (Garagaraguru) di Change.org membuat petisi. Mereka menilai
ada beberapa scene di trailer yang menunjukkan situasi pacaran remaja yang
melampaui batas. walaupun tidak melihat adegan yang melanggar undang-undang,
namun tersimpan pesan implisit yang ingin disampaikan lewat 'Dua Garis Biru'.
Pesan tersebut dikhawatirkan dapat merusak generasi muda Indonesia. Sampai hari
rabu tanggal 01 bulan mei pukul 07.40 WIB, 158 orang telah menandatangai petisi
tersebut walaupun film tersebut belum diputar dibioskop. (hot.detik.com)
Kontroversial ini semakin menunjukan bahwa pemikiran dan
pemahaman tentang pergaulan bebas di masyarakat masih belum satu frekuensi.
Masih ada yang memahami bahwa laki-laki dan perempuan boleh untuk pacaran yang
penting pacaran yang sehat atau pacaran islami.
Dan ada juga yang memahami
bahwa boleh laki-laki dan perempuan tidak boleh berpacarana karena itu haram
dan mendekati zina.
Sehingga membuat kita seharusnya bertanya manakah pendapat
yang benar? Untuk menjawab pertanyaan itu maka perlu halnya kita untuk
mempelajari pemikiran yang benar terlebih dahulu. Pemikiran yang benar itu
berasal dari sumber yang benar, pilihannya hanya dua , berasal yang Sang Maha
Pencipta manusia yaitu Allah SWT ataukah berasal dari manusia ?
Tentu
jawabannya adalah Allah karena dialah yang paling mengerti manusia dan tahu
yang terbaik untuk manusia. Sehingga pemikiran yang benar itu berasal dari
sumber yang benar yaitu Allah SWT. Semua pemikiran itu sudah ada dalam
Kalamullah yaitu Al Quran, dan diperjelas dalam Hadist yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW (utusan Allah SWT). Inilah pemikiran benar yang terdapat dalam
pemikiran ISLAM.
Sehingga ketika kita menjumpai pendapat yang tidak sesuai
denga Islam maka itulah pendapat yang salah. Pemikiran dan pemahaman Islam
inilah yang harus kita gunakan dalam menelaah Film “Dua Garis Biru”.
Jika kita lihat dari kemunculan film ini mendapat antusiasme
dari masyarakat cukup tinggi, sebelas hari film ini diputar dibioskop sudah 1,3
juta orang yang menonton. Dan hal itu bukanlah prestasi namun justru boomerang
untuk generasi saat ini yang masih bingung dalam menentukan jati dirinya, visi
hidupnya dan hal ini sangat mengkhawatirkan.
Jika Generasi hari ini tidak
dibekali dengan pemikiran yang benar terkhusus pemikiran benar tentang
kehidupan, dan tujuan hidupnya, bersiaplah untuk menjadi generasi yang hanya
bisa ikut-ikutan , atau hanya meniru hal-hal yang dirasa membuat hidup mereka
bahagia dan ini bahaya laten.
Jadi jangan heran kalau nanti generasi zaman now ini mereka
akan menirukan apa yang mereka lihat, hal yang baik ataupun buruk. Inilah zaman
dimana pemikiran yang benar dipisahkan dari kehidupan atau biasa disebut
sekulerisme. Pemahaman sekuler ini lah yang menancap dalam benak masyarakat
secara keseluruhan tidak hanya generasi-generasi muda.
Dari pemikiran
sekulerisme inilah yang melandasi pemikiran yang bebas, atau suka suka Gue ,
yang penting bisa have fun, menikmati hidup, dan orang lain tidak merasa
terganggu dengan aktivitas kita dan itulah yang disebut liberalisme.
Jadi jangan heran kalau banyak generasi muda saat ini yang
sudah tidak punya adab atau sopan santun dengan yang lebih tua karena mereka
menganut paham suka suka gue. Karena paham suka suka gue inilah aktivitas
pacaran itu suatu hal yang biasa, apalagi generasi zaman now ini merujuk kepada
gaya hidup barat yang mereka kagumi, sehingga pergaulan yang salahpun juga
diikuti.
Korporasi pun akhirnya tidak mau kalah, dia mengambil
kesempatan dari kondisi ini untuk mencari keuntungan. Dengan membuat film yang
menganut paham sekuler dan suka suka gue, yaitu gaya berpacaran yang
kebablasaan. Korporasipun ketika membuat film mereka tidak akan memikirkan
dampak pada generasi tapi mereka berfikir yang penting banyak yang suka, banyak
yang nonton, dapat uang banyak. Mau ada dampak negatif ataupun positif itu
urusan belakangan.
Apalagi sistem yang menerepkan kebijakan saat ini landasannya
sekulerisme yang sangat menjaga kebebasan salah satunya kebebasan berperilaku.
Kebebasan yang kebablasan inilah yang membuat banyak generasi zaman now hancur
masa depannya, karena perbuatan yang mereka buat sendiri dengan alasan
penasaran atau ikut-ikutan.
Ini semua akibat media yang seharusnya berisi
konten untuk pembelajaran kini malah semakin tak karuan isinya. Konten yang
membuat kita dekat dengan Allah tapi justru malah mendekati zina. Inilah hidup
dalam sistem yang menjaga kebebasan.
Berbeda halnya ketika pemikiran yang benar yaitu islam yang
mengatur sistem kehidupan manusia. Semua masyarakat apalagi generasi masa depan
akan dibekali dengan pemikiran yang benar dalam menentukan visi hidup, setelah
itu materi pembelajaran yang lain akan diajarkan.
Sehingga akan lahir generasi
masa depan yang tidak mudah ikut-ikutan. Film yang ada dalam sistem islam juga
akan dibuat sebagai sarana edukasi yang semata-mata untuk semakin mendekatkan
manusia kepada Allah SWT [MO/vp]
Posting Komentar