Rizkya Amaroddini
(Jurnalis Media Oposisi)
Mediaoposisi.com- Alghiffari memperkirakan reaksi itu timbul karena
kubu petahana menghitung keberadaan golput akan berpengaruh pada menurunnya
elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.
Pengacara publik ini juga mengomentari fatwa MUI
terkait golput. Menurutnya, fatwa itu sebagai sesuatu yang sia-sia. Ia
mengingatkan pada Pemilu 2014, angka golput cukup tinggi meskipun fatwa haram
golput sudah dikeluarkan MUI sebelumnya.
Angka golput pada Pilpres 2009 berada sebesar 28,3 persen. Angka itu naik pada Pilpres 2014 menjadi 29,01 persen.
"Oleh karena itu fatwa golput haram yg keluar sebelum Pemilu 2014 tidak efektif menekan angka golput," ujarnya.
Ia memperkirakan angka golput pada Pemilu 2019 akan terus meningkat, mengingat sistem politik saat ini justru semakin buruk dan strategi kampanye yang dibangun cenderung merusak.
Angka golput pada Pilpres 2009 berada sebesar 28,3 persen. Angka itu naik pada Pilpres 2014 menjadi 29,01 persen.
"Oleh karena itu fatwa golput haram yg keluar sebelum Pemilu 2014 tidak efektif menekan angka golput," ujarnya.
Ia memperkirakan angka golput pada Pemilu 2019 akan terus meningkat, mengingat sistem politik saat ini justru semakin buruk dan strategi kampanye yang dibangun cenderung merusak.
"Ketika golput semakin besar, kita jadi punya
daya tawar. Mereka akan kehilangan legitimasi politik jadi mereka akan mencari
apa perbaikan sistem yang bagus," ujar Alghiffari. Di lansir dari
CNNIndonesia
Fakta-fakta di atas
mengambarkan bagaimana perkembangan rakyat saat ini. Rakyat sadar kerusakan
tidak bisa di atasi hanya sekedar pergantian presiden, namun akar pokok masalah
bersumber dari sistem yang di berlakukan.
Penanganan kerusakan di
cabang tidak akan menghasilkan hasil yang signifikan. Perubahan ini hanya
terwujud jika sistem yang rusak itu di atasi dengan solusi yang fundamental.
Menurunnya elektabilitas
Jokowi-Ma’ruf Amin memperlihatkan ‘mereka’ melakukan berbagai cara untuk
menaikkan elektabilitas tersebut. Namun sayangnya ‘mereka’ lupa bahwa rakyat
saat ini sudah sadar dan semakin cerdas.
Perpolitikan yang kotor ini
memberikan gambaran kepada rakyat bahwa rakyat semakin muak dengan berbagai
ritme kebohongan di rezim ini. Setiap kampanye hanya mampu megunggulkan bicara
namun nol dalam realita.
Penguasa hanya menjual janji,
menyebarluaskan dan memperindah. Sehingga rakyat akan membeli karena percaya
akan janji-janji penguasa. Alhasil pembeli kecewa dengan kualitas janji yang
buruk tersebut.
Inilah kekuasaan yang bobrok
di Indonesia. Kekuasaan dapat di jual belikan, janji hanya manis di bibir namun
pahit dalam realita.
Inginkah rakyat terus di
sengsarakan ? Kemana para penguasa saat rakyat membutuhkan ?
Kini para penguasa datang
berbondong-bondong menghampiri rakyat hanya untuk menambah kesengsaraan saja. Pantaskah
jika kita hanya diam, di saat kedzaliman di Negeri ini merajalela ?
Maukah kita di jadikan tumbal
atas ambisi penguasa dalam meraup kekuasaan ?
Cukup sudah anda memperalat
rakyat !!
Saatnya sadar dan bangkit
saudaraku !!
Jangan terlenakan oleh
iming-iming yang semu, Mari bangkit gaungkan kebenaran saudaraku. [MO/ra]
Posting Komentar