Illustrasi
Oleh : Siti Rahmah
MediaOposi.com-Warga
net kembali di hebohkan dengan pernyataan Ketua DPP PDIP bidang Kemaritiman
Rokhmin Dahuri yang megumpamakan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi Dodo
(Jokowi) mirip dengan Umar bin Khattab.
Adapun yang menjadi alasan pengumpamaan tersebut adalah karena Jokowi dekat
dengan rakyat. Perumpamaan itu di sampaikan Rokhmin saat di minta tanggapan
soal #2019GantiPresiden.
Ia mengaku optimis dengan pencalonan Jokowi di
pilpres tahun 2019.
"Ya
kita optimis, optimis itu dua hal. Pertama adalah leadership style atau style
kepemimpinan Pak Jokowi luar biasa. Karena beliau seperti saya juga, berasal
dari rakyat biasa. Jadi sangat approachable, sangat mudah di dekati beliau
kemana aja salaman, ga ada protokoler. Beliau kayak Umar bin Khattab kan selalu
datang kesana kemari menjemput. Kan klo presiden - presiden yang dulu ada
jarak". Kata Rokhim di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung Jakarta Selatan,
DetikNews.com Minggu (8/4/2018).
Semenjak
pernyataan tersebut tersebar sontak membuat geger warga net. Pemberitaannya pun
menjadi viral, banyak yang nyinyir, banyak juga yang menanggapi dengan menyibak
fakta di balik pemaksaan pencocokan karakter dengan akal busuk yang sedang direncanakan.
Berbagai postingan, mulai dari yang ringan, meme sampai tulisan opini dan
kajian kritis dipaparkan para jurnalis, untuk memperjelas penglihatan
masyarakat tentang letak kesamaan antara Jokowi dan shahabat tercinta Nabi
yaitu Umar bin Khattab.
Antara
Jokowi dan Umar bin Khattab
Layaknya
langit dan bumi jika ingin menyamakan sosok Umar bin Khattab yang begitu agung
dengan sosok Jokowi yang begitu sering menyakiti.
Entah di pandang dari sudut
pandang mana bisa ada titik temu antara Umar yang begitu luar biasa dengan
Jokowi yang begitu membinasakan.
Umar adalah sosok Pribadi yang kuat,
gagah dan tangguh sehingga di gelari Al
Faruk, dengan kegagahannya Umar berhasil menaklukan Syam, membuat syetan takut
sampai harus memutar arah untuk menghindari bertemu dengan Umar.
Umar
memikirkan rakyatnya siang dan malam tidak bisa tidur, tiap malam keliling
mencari rakyat yang belum mendapatkan haknya.
Jokowi, tiap keliling ditangkap
kamera dari sudut pandang berbeda sehingga menjadi booming dengan
pencitraannya.
Jokowi selalu memikirkan rakyatnya, mikirin cara untuk bisa
mungutin rakyatnya. Pajak sudah di naikan, berbagai kebijakan dzolimpun sudah
di laksanakan.
Umar
menjadikan kekuasaannya sebagai amanah yang nanti akan dimintai pertanggungjawaban
dihadapan Allah, sehingga ketika dibaiat Umarpun menangis mengingat beratnya
amanah yang dipikul.
Sedangkan Jokowi menjadikan kekuasaan sebagai alat untuk
melayani tuannya dan sebagai jalan untuk bisa melanggengkan kedzoliman dengan
penerapan aturan sekulernya. Jokowi justru berangan - angan untuk mendapatkan
suara terbanyak di pilpres 2019.
Umar
tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya, apalagi
hanya sekedar untuk pesta pernikahan putrinya. Umar sejatinya bukan Presiden
tapi Khalifah.
Umar sejatinya menerapkan hukum Allah bukan hukum buatan
manusia. Umar sejatinya mencintai rakyatnya bukan menyakitinya. Adakah kesamaan
Jokowi dan Umar?
Pemimpin
Sejati
Tentu
terlalu memaksakan diri ketika ingin menyamakan Jokowi dengan sosok agung Umar
bin Khattab.
Dari sisi pribadi, keimanan, militansi perjuangan, kekuasaan, dan
keberpihakannya terhadap rakyat tentu sangat jauh berbeda.
Umat Islam tidak
akan rela jika harus menyandingkan sosok yang lahir dari produk pemikiran
sekuler (pemisah agama dari kehidupan), yang tidak memahami hukum syara, tidak
pernah punya keberpihakan terhadap agama Islam.
Jokowi adalah seorang Presiden
yang di usung oleh sistem demokrasi sekuler, sedangkan Umar adalah Khalifah atau
Imamah di dalam sistem pemerintahan Islam yang menjalankan peraturan sesuai
dengan hukum Allah.
Yang bertugas untuk meriayah (mengatur) urusan ummat
(Rakyat)nya, sebagaimana sabda Rasululloh Saw:
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan
setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya.
Imam adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawaban atas
rakyatnya". (HR. Bukhori)
Dan
dalam hadits lain disebutkan bahwasanya Rasululloh saw bersabda;
"Seorang imam adalah pengatur dan
pemelihara urusan (rakyat). Dia akan di mintai pertanggung jawaban atas urusan
rakyatnya”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam
hadits tersebut menjelaskan tugas pemimpin adalah pemelihara dan pengatur
urusan rakyatnya, sehingga tugas ini mengharuskan pemimpin mengurusi,
memudahkan, meringankan, membantu, memenuhi, semua kebutuhan rakyatnya.
Selain
itu juga pemimpin harus memastikan rakyatnya mendapatkan pelayanan terbaik
dalam semua hal yang terkait kebutuhan pokonya.
Pemimpin sejati adalah dia yang
memahami betul tanggungjawabnya sehingga dia harus berupaya semaksimal mungkin
dalam menjalankan semua kewajibannya.
Karena dia memahami kepemimpin semata -
mata adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah.
Pemimpin yang memahami benar kewajibannya, dia tidak akan menyulitkan
rakyatnya, dia tidak akan membebani rakyatnya dengan berbagai kebijakan yang di
buatnya.
Pemimpin sejati justru dia yang akan bersungguh - sungguh dalam
kepemimpinannya, dia akan mencurahkan segenap kemampuanya dalam mewujudkan
kesejahteraan ditengah masyarakat.
Seperti itulah sosok umar bin Khattab dalam
menjalankan kepemimpinannya. Adakah pemimpin saat ini layaknya Umar?[MO]
Posting Komentar