Mediaoposisi.com| PDIP gencar memainkan politik
tangisan. Pasalnya dikabarkan olehmerdekanews.com Sekjen PDIP Hasto
Kristiyanto menangis saat diberondong pertanyaan terkait Bupati Banyuwangi
Azwar Anas dari bursa pencalonan Cawagub Jatim.Tangisan PDIP terkait dengan
adanya dugaan kampanye hitam terhadap Bupati Banyuwangi yang diusung PDIP menjadi
Cawagub Jatim.
"Waspadailah kampanye hitam yang dilakukan
secara melalui rekayasa pelanggaran moral, isu korupsi, dan berbagai isu
lainnya termasuk ujaran kebencian dan memecah belah antara calon dan parpol
pengusungnya,” ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (6/1)
Menurutnya, partai yang getol mendorong
pembubaran ormas yang kritis terhadap pemerintah, HTI ini mengklaim menjadi
korban, sehingga tangisa perlu untuk dilakukan.
"Karena itulah PDI Perjuangan tetap kokoh.
Kami memberikan dukungan moral. Kami memberikan dukungan sepenuhnya, bahwa yang
namanya Abdullah Azwar Anas adalah sebuah korban dari politik yang liberal
itu," ujar Hasto
Tanigsan PDIP bulan kali ini saja dalam sejarah
perpolitikan Indonesia, berdasarakan penelusuran redaksi Mediaoposisi.com,
partai controversial memiliki maksud tersembunyi di balik tangisannya.
Politik BBM
2008 hingga 2014, PDIP tidak menjadi partai pemerintah sehingga
mereka gencar mengkritik penguasa saat itu, SBY. Berbeda dari saat ini yang
mendukung penuh kebijakan penguasa, sekalipun dinilai masyarakat sebagai
kebijakan controversial.
Okezone.com menyebutkan Megawati
Soekarnoputri menangis sesenggukan saat memberikan sambutan di Rakernas PDIP di
Makassar. Mantan Presiden ini menyindir keras presiden SBY
"Bangsa Indonesia terpuruk dan telah
kehilangan martabat dan harga diri," kata Megawati, Selasa (27/5/2008)
“Saya sedih melihat rakyat banyak yang
menderita, padahal kita punya banyak kekayaan alam, namun angka kemiskinan
tinggi," ujar Megawati.
Dalam pidato ini, Mega terang-terangan
menyindir kenaikan harga BBM dengan menyitir lirik lagu Iwan Fals.
"BBM naik tinggi susu tak terbeli, orang
pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi," baca Mega mengutip lagu Iwan
Fals berjudul Galang Rambu Anarki .
Mega saat itu nampaknya tidak menyadari bahwa ia pernah melakukan
hal yang sama, yaitu menjual asset Negara kepada asing.
4 tahun berselang, Dilansir
dari tempo.com walk out dibarengi dengan tangisan pernah
dilakukan oleh para politikus PDI Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat
dalam rapat paripurna, Sabtu, (31/3/2012). Saat itu sejumlah anggota DPR dari
partai moncong putih ini terlihat menitikkan air mata.
Rieke
Diah Pitaloka anggota Komisi IX DPR ini terlihat menangis tersedu-sedu saat
meninggalkan ruang rapat saat itu
Aksi walk out riuh
kala para anggota Fraksi PDI Perjuangan ini meneriakkan yel-yel khas mahasiswa.
"Revolusi, revolusi, revolusi sampai mati," kata mereka sambil
menuruni tangga lantai tiga gedung Nusantara II DPR.
Tangisan ini disebabkan karena dalam rapat paripurna DPR tersebut,
diputuskan bahwa harga BBM diserahkan pada mekanisme pasar, sesuatu yang Jokowi
lakukan saat ini.
“Anggota Fraksi PDI Perjuangan saat itu, Aria
Bima, juga mempermasalahkan soal penambahan pasal 7 ayat 6a. Menurut dia, pasal
ini sama saja dengan menyerahkan harga BBM bersubsidi ke mekanisme pasar.
"Itu artinya sudah melanggar konstitusi
sebagaimana yang telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi," ujar Aria Bima.
Dibalik Tangisan
Politik memang licik, ketika PDIP berkuasa justru diam tanpa kata
melihat BBM dinaikkan oleh Jokowi.
Dilansir dari tribunnews.com, anggota DPR FPKS
Aboe mengatakan fraksi partainya merasa kehilangan teman seperjuangan dalam
memandang kenaikan BBM.
“Kita juga teringat dengan Buku Putih, sebuah
gagasan PDIP untuk mengelola postur anggaran tanpa menaikkan harga BBM,"
kata Aboe dalam keterangan pers rilisnya, Selasa (18/11/2014)
"Dulu dengan PDIP kami konsisten menolak
kenaikan harga BBM. Bahkan saat pembahasan APBN pada tahun 2012 Fraksi PDIP
sampai Walk Out untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Kami sangat
mengapresiasi perjuangan itu. Tapi, sepertinya saat ini kawan kami itu tak ada
lagi," tuturnya.
"Namun, kenapa saat berkuasa sekarang buku
putih itu dilupakan," ujarnya. Aboe mempertanyakan keseriusan
pemerintahan Jokowi-JK menerapkan isi Buku Putih yang dahulu pernah
dianjurkan PDI Perjuangan ke
SBY itu.
Harga minyak mentah dunia sendiri anjlok secara
tajam, dari patokan harga APBN 2015 sebesar 105 Dolar AS/barel turun hingga 75
Dolar AS/barel.
"Bukankah seharusnya lebih mudah
mengimplementasikan buku putih tersebut, sehingga tak perlu menyengsarakan
rakyat dengan menaikkan harga BBM," ujarnya.
"Lantas ke manakah buku putih tersebut
?" katanya.
Pasca menaikkan harga BBM. Jokowi, yang dikatakan
sebagai petugas partai PDIP oleh Megawati berdalih bahwa terjadi pengalihan
anggaran untuk infrastruktur.
“Selama ini pemerintah memerlukan anggaran untuk
membangun infrastruktur, namun anggaran tidak tersedia karena dihamburkan untuk
subsidi BBM,” jelas Jokowi di Istana Negara, Senin (17/11)
Tangisan PDIP ini disinyalir karena PDIP
terlanjur dicap negative oleh banyak kalangan, khususnya umat Islam. Alhasil,
demi meraih dukungan masyarakat maka digunakanlah tangisan, selain itu
digunakan juga embel embel religius.
Tribunnewsw menyebutkan, bahwa Sekjen PDIP,
Hasto mengklaim para kyai menangis.
"Kami semua menangis, para kiai menangis, bu Megawati
menangis," ujar Hasto saat ditemui di depan
kediaman Megawati Soekarnoputri, di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat,
Sabtu (6/1). Hasto sendiri tidak memberikan bukti otentik perihal tangisan
orang orang yang disebut sebagai Kiai.
Belum lama ini, Anton Charliyan, seorang tokoh
controversial karena pernah menjadi dewan Pembina ormas GMBI . Ormag GMBI sendiri
pernah berseteru dengan Front Pembela Islam (FPI) karena memancing kerusuhan
dan melukai anggota FPI. Saat ini Anton mendekati pesantren serta para ulama
demi memuluskan syahwat kekuasannya.
PDIP dikenal acapkali menyinggung umat Islam
dengan mendukung penista agama, Ahok serta mendukung pengesahan Perppu Ormas.
Maka sudah sebaiknya umat Islam lebih cerdas dalam memahami manuver PDIP. [MO]
Posting Komentar